Berikut IndonesiaOne.org akan memberikan 4 langkah untuk mengoreksi pasangan dengan cara yang benar dan sehat sehingga pasangan tidak tersinggung dengan koreksian yang ada.
1. Koreksian Bukan Untuk Saling Menyerang Namun Membangun
Di dalam setiap prinsip kebenaran mengenai suami dan istri, selalu akan ada sebuah koreksian bagi pasangan satu sama lain. Tetapi ini yang harus kita ketahui bahwa setiap koreksian yang datang kepada kita ataupun pasangan, haruslah digunakan untuk ‘membangun’ dan bukan untuk ‘menyerang’ pasangan.
Dalam proses membangun rumah tangga, ada saja hal-hal atau gesekan yang pada akhirnya membuat terjadinya luka serta gejolak batin yang negatif antara kita dengan pasangan. Entah di karenakan sikap atau ucapan pasangan yang kita responi dengan salah, atau juga dikarenakan kondisi emosi dan perasaan kita yang sedang tidak baik. Sehingga apapun yang dilakukan atau diucapkan oleh pasangan selalu membuat kita terganggu.
Kondisi hati seperti diatas dapat membuat setiap prinsip kebenaran yang spesifik bagi suami atau istri, justru akan kita pakai untuk menjadi senjata menyerang pasangan kita. Padahal koreksian dari nilai kebenaran itu bermaksud untuk membangun pasangan kita. Oleh karena itu sebelum kita mengoreksi pasangan, pastikan terlebih dahulu kondisi emosi dan perasaan kita bersih dan sehat. Sehingga koreksian tidak kita gunakan untuk saling menyerang tetapi kita gunakan untuk membangun kehidupan pasangan serta komunikasi yang ada semakin sehat dan benar.
Lalu bagaimana kita bisa membangun kondisi emosi dan perasaan yang bersih serta sehat ?? Caranya adalah dengan meluangkan waktu khusus dan rutin untuk membangun kerohanian seperti berdoa dan aktivitas rohani lainnya.
Semakin kita memiliki kerohanian yang sehat, maka Tuhan Yang Maha Kuasa akan lebih leluasa menuntun kita untuk bisa mengkomunikasikan setiap nilai kebenaran keluarga dengan cara yang tepat dan benar. Tuhan memiliki banyak cara untuk berbicara kepada kita, bisa melalui suara hati nurani kita, perkataan orang lain dan lain sebagainya.
2. Bukan Mencari Siapa Yang Paling Benar
Untuk menyampaikan koreksian kepada pasangan, kita tidak boleh membawa sikap “saya paling benar, dan kamulah yang salah !!”. Sebelum kita menyampaikan koreksian kepada pasangan, pastikan kita sudah membuang konsep ‘saya paling benar’ terlebih dahulu.
Tujuannya adalah agar saat koreksian itu kita sampaikan kepada pasangan, kita dapat menghadirkan kondisi emosi serta perasaan yang sehat dan positif kepada pasangan. Pasangan pun juga tidak akan menjadi tersudutkan atau tertekan karena ia merasa sedang dicari-cari kesalahannya.
Cara untuk membuang rasa sikap ‘saya paling benar’ sangatlah mudah, kita hanya perlu mengingat tujuan awal dari pernikahan kita dengan pasangan. Sehingga datangnya koreksian bukanlah untuk mencari-cari kesalahan pasangan, tetapi untuk saling melengkapi dan membangun keberadaan pasangan kita agar mencapai puncak potensinya.
3. Memiliki Tekad & Niat Untuk Mempertahankan Pengharapan
Seburuk–buruknya pasangan kita, percayalah di dalam pengharapan pasti pasangan kita akan mengalami perubahan. Dimensi pengharapan haruslah terus kita tumbuhkan sebagai seseorang yang mengasihi dengan tulus kepada pasangannya.
Seringkali, karena setiap hari bertemu dengan pasangan, kita hanya terfokus untuk melihat apa yang menjadi kelemahan pasangan. Padahal jika kita mau merenung sejenak dan mengijinkan dimensi pengharapan menguasai batin kita, maka kita akan dapat melihat ada banyak hal baik yang dimiliki oleh pasangan.
Dengan demikian dimensi pengharapan akan menelan setiap sudut pandang kemanusiawian atau keegoan yang masih kita miliki tentang pasangan. Sehingga apapun yang menjadi keburukannya, kita akan tetap berharap kepada Tuhan dengan keyakinan dan pengharapan yang penuh bahwa Tuhan sanggup mengkondisikan serta mengubah pasangan kita.
4. Berani Objektif Melihat Kekurangan Diri Sendiri Dan Pasangan
Terkadang kita sebagai pria atau wanita, enggan membuka dan mengoreksi kesalahan serta kekurangan pasangan karena kita ingin menghindari benturan atau konflik yang ada. Tetapi jika kita tidak mempraktekkan tiga poin diatas, maka anugerah dan berkat dari Tuhan tidak akan turun atas bahtera rumah tangga kita.
Berkat dan anugerah tidak selalu diartikan sebagai kekayaan, karena apa gunanya jika kita memiliki banyak kelimpahan namun tidak ada kedamaian di dalam hubungan suami istri yang ada. Berkat dan anugerah dalam sebuah hubungan suami istri adalah pengharapan, kasih, kedamaian, sukacita, kebahagiaan dan lain sebagainya.
Kita dapat menutup setiap celah pertikaian dan perpecahan yang akan terjadi di dalam rumah tangga kita dengan sikap hati yang benar. Karena biasanya tanpa sikap hati yang benar, ‘setan’ sudah mengintip ‘di depan pintu’ bahtera rumah tangga kita untuk menjadi pihak ketiga yang akan memperunyam suasana.
Oleh karena itu jangan takut untuk objektif melihat dan menegur ketidakakuratan dalam diri pasangan. Selama sikap hati dan cara kita benar serta bergantung kepada Tuhan, maka intervensi Tuhan pasti akan nyata dalam rumah tangga kita.
Itulah 4 cara sehat dan benar dalam mengoreksi pasangan kita agar tidak saling menyakiti satu sama lain. Namun alangkah lebih tepat sebelum kita mengoreksi pasangan kita, akan jauh lebih maksimal jika kita mengambil sikap untuk mengoreksi diri sendiri dan mulai terlebih dahulu untuk mempraktekkan prinsip kebenaran mengenai suami dan istri.
Sehingga kita tidak perlu merasa bahwa harga diri kita terinjak-injak ketika pasangan kita pun menyampaikan keberatan-keberatan hatinya terhadap kita. Melainkan kita dapat dengan rela mengakui setiap kekurangan dan kesalahan yang memang kita miliki. Dengan demikian kita dapat terus berjalan dalam anugerah Tuhan untuk membangun keluarga yang sehat dan akurat di atas muka bumi ini.

0 komentar:
Post a Comment
terimakasih telah berkunjung ke blog saya